Nasionalisme tumbuh di Indonesia setelah berdirinya Sarekat Islam. Sebelumnya didirikan, Budi Utomo adalah organisasi “elit” yang menghalanginya untuk berkontribusi pada pertumbuhan nasionalisme di semua bidang masyarakat. Sejak itu, Sarekat Islam telah melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan nasionalisme di seluruh Hindia Belanda.
Karena faktor pendukung di atas, semangat nasionalisme mulai tumbuh di Indonesia. Semangat nasionalisme dijadikan sebagai idealisme/pemahaman organisasi pergerakan nasional yang ada. Ideologi nasional Indonesia diusung oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno. PNI telah menetapkan tujuan memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang bebas dari penjajahan.
Sedangkan cita-citanya adalah untuk mencapai Indonesia yang berdaulat merdeka dan mengusir penjajahan Belanda di Indonesia. Dengan nasionalisme sebagai idealisme, telah ditunjukkan bahwa negara-negara memiliki budaya, bahasa, wilayah, tujuan, dan cita-cita yang sama. Mereka menunjukkan kesetiaan yang mendalam kepada kelompok nasional.
Untuk memajukan nasionalisme Indonesia, dimulai dengan pembentukan identitas nasional, penggunaan istilah “Indonesia” untuk menggambarkan negara kita. Istilah Indonesia dipahami sebagai identitas nasional yang melambangkan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Sebuah kata yang dapat mempersatukan bangsa dalam perjuangan dan gerakan melawan penjajahan,
Perkembangan nasionalisme yang mengarah pada upaya-upaya untuk melakukan gerakan nasional melawan penjajah, tidak terlepas dari peran berbagai kelompok dalam masyarakat, seperti kelompok terpelajar/cendekiawan, kelompok ahli dan kelompok pers.
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada saat deklarasi, ini sangat tepat dan pemindahan kekuasaan dapat dilakukan dengan hati-hati, karena Sekutu belum tiba dan Jepang telah menyerah. Oleh karena itu, terbentuklah negara kesatuan di Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 dipimpin oleh Ir. Sukarno dan Dr. Mohammad Hatta.