Siapa di sini yang cita-citanya menjadi petani? Saya kira hanya 1 dari 100 orang yang cita-citanya ingin menjadi petani. Mungkin hampir mustahil kalau anak-anak ketika ditanya cita-citanya ingin jadi apa jawabnya ingin jadi petani. Seperti kita tahu, anak-anak sekolah cita-citanya pasti profesi yang mentereng.
Seperti menjadi dokter, pilot, masinis, TNI, polisi, PNS, sampai pejabat pemerintahan. Saat saya kecil dulu hampir tidak pernah mendengar ada anak yang cita-citanya ingin menjadi petani.
Dulu ketika kecil saya pun sama seperti yang lainnya menyebut cita-cita yang tinggi. Saat itu saya menjawab ingin menjadi seorang pilot agar saya bisa berkeliling dunia. Namun seiring berjalannya waktu kesempatan saya untuk menjadi pilot pun terhalang oleh kenyataan.
Maka dari itu cita-cita saya pun sering berubah-ubah tergantung keadaan. Pernah ingin menjadi guru, pemain sepak bola, pemain film, hingga menjadi seorang penyanyi.
Menjadi seorang petani mungkin impian bagi sebagian kecil orang. Sangat sulit sekali zaman sekarang menemukan pemuda-pemuda yang terjun di dunia pertanian. Mayoritas para petani pun usianya sudah tua-tua berkisar antara 40 sampai 65 tahun.
Sebagai mahasiswa pertanian, saya tahu betul kondisi di lapangan. Para petani-petani di desa mengeluhkan hasil yang didapat tidak seberapa hanya dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari saja. Bahkan terkadang hasil panennya tidak dapat dijual hanya untuk konsumsi pribadi.
Bagi kebanyakan orang petani merupakan pekerjaan rendahan karena melihat dari pendapatan yang dihasilkan. Apalagi para petani identik dengan para orang yang sudah berumur. Petani-petani muda milenial hanya bisa dihitung dengan jari saja.
Bahkan berdasarkan fakta di lapangan, lulusan pertanian banyak yang terjun di dunia non-pertanian. Hal itulah yang menjadi kekhawatiran saya ke depannya. Setelah lulus nanti, apakah saya akan terjun di dunia pertanian atau tidak. Sebenarnya hal tersebut adalah pilihan yang cukup sulit.
Sebagai mahasiswa pertanian, jujur saja saya sangat tertarik dengan dunia tanam-menanam ini. Jika ditekuni dengan baik serta pemasaran yang berkelanjutan, menekuni bisnis di dunia pertanian sebenarnya sangat menggiurkan asalkan konsisten.
Bahkan para mantan pekerja yang dulunya sukses ketika memasuki masa pensiun mereka malah menjadikan pertanian sebagai investasi jangka panjangnya. Tidak sedikit mereka yang dulunya karyawan di sebuah perusahaan besar memilih resign untuk menjadi petani karena mereka sadar betul bahwa peluang di dunia pertanian sangat besar.
Tapi mengapa masih banyak para petani khususnya di kawasan pedesaan yang ekonominya masih rendah? Hal inilah tentunya yang menjadi tantangan ke depannya. Seperti kita ketahui sebagian besar petani di pedesaan tidak begitu mengerti mengenai harga pasar yang sevenarnya sehingga mudah untuk diperdaya oleh para tengkulak.
Dari tengkulak diputat lagi sampai ke pasar yang sebenarnya. Dari petani dijual 5.000, ketika sudah sampai pasar harganya bisa 5 kali lipat. Dengan begitu banyak petani yang rugi bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhannya.
Kembali lagi, masalah kebijakan lah yang harus lebih ditegaskan. Sebenarnya dewasa ini sudah mulai banyak bisnis di bidang pertanian yang menuai sukses yang dijalankan oleh petani milenial.
Beberapa waktu lalu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun membuka program petani milenial yang dibuka untuk umum. Menurut saya program tersebut sangat positif agar para anak muda dapat tertarik dengan bidang pertanian khususnya di era modern ini.
Meskipun banyak kisah sukses para pengusaha di bidang pertanian, tapi sepertinya stereotip tentang petani adalah pekerja rendahan masih akan melekat sampai kapan pun. Karena yang mereka lihat hanyalah petani-petani desa yang jika dilihat perekonomiannya masih rendah.
Tapi walaupun begitu para petani itulah yang dapat menjaga ketersediaan pasokan pangan untuk kita. Setidaknya mereka dapat berkontribusi untuk negara, terlebih di masa pandemi ini.