Berbagai macam budaya yang ada di Indonesia tak habis untuk dikupas. Setiap provinsi memiliki ciri khas baik dari busana adat, makanan adat, kerajinan tangan, hingga tarian. Tak ketinggalan provinsi Sumatera Selatan. Provinsi ini memiliki persembahan tarian menyambut tamu yang dikenal dengan Tari Gending Sriwijaya. Tarian ini kerap kali dibawakan pada acara pernikahan, perhelatan budaya ataupun pertemuan-pertemuan.
Gending Sriwijaya memiliki fungsi sebagai tarian penyambut tamu kehormatan. Tari ini beranggotakan 9 orang penari cantik berbusana adat Aesan Gede, Selendang Mantri, Paksangkong, Dodot dan Tanggai. Selain 9 penari inti tadi, ada 2 penari lain pembawa payung dan tombak.
Asal-usul Tari Gending Sriwijaya

Gending Sriwijaya memiliki arti harfiah yakni irama Kerajaan Sriwijaya. Sehingga tari tradisional ini melukiskan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat menerima kunjungan tamu yang diagungkan. Dahulu sebelum adanya Tari Gending Sriwijaya, masyarakat mengenal Tari Tanggai. Namun, pihak Jepang melarang tarian ini dan meminta tarian baru beserta lagu untuk menyambut tamu yang berkunjung ke Palembang. Permintaan tersebut mulai digagas sejak akhir 1942 hingga 1943. Dimintalah Tina Haji Gong dan Sukainah A.
Rozak sebagai penata tarinya. Konsep tarian ini diambil dari unsur tarian adat yang sudah ada di Palembang termasuk juga properti yang diambil dari peralatan pada upacara penerimaan tamu secara adat, yakni Tepak Sirih. Di masa Kemerdekaan Indonesia, menjadikan Gending Sriwijaya sebagai tarian untuk menyambut tamu-tamu resmi pemerintahan yang berkunjung ke Sumatera Selatan.
Makna Gerak Tari Gending Sriwijaya
Ragam gerak Tarian ini diambil dari unsur-unsur gerak Buddhisme dan gerak tapa Budha seperti yang ada di relief Candi Borobudur, dengan unsur-unsur adat istiadat Batanghari Sembilan. Batanghari Sembilan merujuk pada sembilan sungai di Sumatera Selatan. Selain itu, Jumlah penarinya yang sembilan juga merujuk pada Batanghari Sembilan, mengisyaratkan bahwa persembahan tari ini dilakukan atas nama semua daerah di Sumatera Selatan.
Gerakan tari ini awalnya membawa tepak yang berisi sirih, pinang berjalan dengan gaya menari menuju ke tempat Pembesar yang akan dihormati. Kemudian, si pembesar mengambil sirih sekapur dan mengunyahnya. Setelah selesai, maka penari-penari menghaturkan sembah kehormatan dengan gaya tarinya sambil surut ke belakang menjadi satu barisan. Kemudian diiringi lagu gending, penari masuk ke ruangan tempat asal mula mereka keluar hingga lagu gending selesai.
Busana dan Properti Tari Gending Sriwijaya

Penari Gending Sriwijaya umumnya menggunakan busana Asean Gede yang dilengkapi dengan selendang mantri yang diikat dipinggang dan gelang paksangkong yang terbuat dari emas atau kuningan. Selain busana, adapun properti tarian ini meliputi tepak (berisi kapur, sirih, pinang) dan peridon kuningan.
Ada juga payung yang digunakan untuk memayungi penari utama saat mengantar tepak untuk diberikan kepada tamunya serta tombak yang digunakan untuk mengawal penari selama mereka membawakan tarian. Lagu yang digunakan untuk tarian ini adalah Lagu Gending Sriwijaya yang diiringin dengan musik gamelan. Lagu ini menggambarkan kerinduan seseorang akan zaman kejayaan Sriwijaya yang pernah menjadi pusat studi agama Buddha di dunia.
Bagi kamu yang penasaran dengan Tari Gending Sriwijaya, maka kamu bisa datang ke acara pernikahan adat Palembang. Biasanya, dalam acara tersebut budaya-budaya Palembang yang masih kental diperlihatkan, salah satunya Tari Gending Sriwijaya. Bahkan, tarian ini menjadi salah satu dari beberapa tarian tradisional yang ditampilkan dalam pembukaan pesta olahraga akbar Asian Games 2018.
Sebagai generasi muda, yuk sama-sama melestarikan Tari Gending Sriwijaya!