Pandemi Virus Corona di Indonesia telah berlangsung sekitar 12 bulan. Masyarakat kesulitan beraktifitas akibat safety prosedur yang diterapkan untuk mencegah meluasnya pandemi. Di bidang ekonomi, menurunnya omset usaha berdampak nyata. Pemutusan hubungan kerja telah terjadi di wilayah yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Pemerintah menanggulangi dampak yang timbul dengan berbagai program. Namun, tak sedikit orang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK) atau harus menutup usahanya kemudian stress. Untuk mengatasinya kita harus membuka wawasan dan mencari informasi. Apakah yang bisa kita upayakan untuk bangkit dengan modal yang minim?
Hobi dapat membuat kita produktif tanpa mengeluarkan biaya. Jika dilakoni serius justru menjadi sumber uang. Misalnya, orang yang senang menulis dapat menghasilkan rupiah dari berita yang ia tulis. Bagaimana jika gemar berkebun namun tidak memiliki lahan pertanian yang luas? Solusinya, Urban Farming!
Geliat Genit Urban Farming
Urban Farming atau pertanian kota adalah sistem budidaya pertanian di lingkungan perkotaan. Konsep ini mengacu pada produktifitas pertanian di lahan terbatas. Metode dan praktik budidaya bisa beragam, sesuai dengan kondisi lahan yang tersedia.
Tren ini muncul sejak Perang Dunia II di Amerika Serikat. Program Victory Garden dicetuskan oleh pemerintah Amerika Serikat dengan tujuan memanfaatkan ruang-ruang sisa. Namun, program ini belakangan terbukti memenuhi 40 persen kebutuhan pangan warga Amerika Serikat. Program ini menginspirasi negara lain. Kala itu, Urban Agriculture menyebar dan lahan-lahan kosong mulai dimanfaatkan.
Mengenai Urban Farming, Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan – Kementerian Pertanian, Tri Agustin Satriani menyatakan dukungan kepada masyarakat untuk mengembangkan pertanian perkotaan.
Hal ini ia paparkan saat menghadiri acara 3th Symposium for Sustainable Development yang diselenggarakan Departemen Landskap Institut Pertanian Bogor (IPB) di IICC Bogor (14 /10/2020).
Bahkan, masyarakat Rumah Susun Sederhana Rawa Bebek Cakung, Jakarta Utara telah mulai menanam cabai pada lahan seluas 1000 meter persegi. Program ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Pertanian RI dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam memanfaatkan lahan kosong untuk kegiatan urban farming.
Sementara itu di Pantai Indah Kapuk-Jakarta, Agung Sedayu Group bersama Salim Group meresmikan Urban Farm PIK. Destinasi wisata kuliner berbalut konsep edukasi alami ini mulai di buka tanggal 20 november 2020.
Komunitas hobi bertanipun bermunculan. Misalnya Indonesia Berkebun, lahir sejak 20 Februari 2011. Komunitas pegiat pertanian perkotaan ini terus memperluas jaringan ke 30 kota dan 8 kampus di seluruh Indonesia. Jaringan ini masih bertambah sampai sekarang membuktikan minat masyarakat terhadap pertanian kian membaik.
Tak dipungkiri, urban farming adalah bidang usaha yang sedang naik daun. Jual beli tanaman hiaspun mulai marak di marketplace digital. Jika kita memiliki kegemaran bercocok tanam, ini adalah bidang usaha yang menjanjikan. Bahkan, Anda bisa memulainya tanpa modal. Untuk memulai, kita memerlukan analisa usaha sederhana.
Tips Jitu Bisnis Urban Farming untuk Pemula
1. Pilihlah segment usaha pertanian yang bernilai ekonomi tinggi.
Tentukan apa fokus produksi Anda. Sebaiknya pilih tanaman unik dengan kemungkinan margin keuntungan besar. Pastikan pasar masih terbuka lebar. Kemudian tanam dalam jumlah banyak dan memasarkannya. Hal ini agar dapat memaksimalkan profit meskipun menggunakan lahan sempit. Misalnya, membudidayakan tanaman buah, bonsai ataupun tanaman hias dalam pot.
2. Jalin relasi dengan komunitas pertanian.
Relasi adalah tiang penyangga bangunan usaha Anda. Menjalin hubungan baik dengan komunitas pertanian akan memudahkan akses informasi. Sementara pasar usaha Anda juga terbuka lebar dan terfokus jika memiliki banyak relasi di bidang pertanian.
3. Pangkas biaya produksi dengan memaksimalkan aset yang ada.
Anda dapat memanfaatkan kaleng, sabut kelapa atau botol bekas untuk dijadikan pengganti pot. Dengan sedikit kreatifitas, misalnya dicat ulang barang bekas tersebut layak untuk digunakan. Bibitpun dapat Anda siasati dengan mengajak tetangga atau teman yang memiliki tanaman untuk dititipjualkan.
4. Rawat tanaman sebaik mungkin.
Sebagai langkah awal, Anda harus menggali informasi untuk mematangkan hobi bercocok tanam. Kuasai pengetahuan bertani sebaik mungkin. Rawatlah tanaman sesuai ilmu budidaya yang Anda pelajari. Lakukan Trial and Error sebelum memproduksi masal. Cukupi kebutuhan unsur hara dengan pupuk dan media tanam yang cocok. Upayakan pencegahan hama dan penyakit yang kemungkinan menyerang menggunakan obat-obatan.
Lakukan inovasi menggunakan pupuk atau pestisida organik buatan sendiri. Catat setiap perkembangan yang Anda lakukan. Setiap detail mengenai usaha yang Anda ingat akan bermanfaat sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan.
5. Pasarkan sebanyak mungkin untuk menghasilkan laba.
Hitung dengan teliti biaya balik modal. Lakukan survey pasar untuk produk pertanian yang Anda hasilkan. Ketahui harga yang ditawarkan kompetitor baik di pasar online maupun offline. Jika memungkinkan berikan penawaran menggunakan produk berkualitas terbaik untuk menjalin kepercayaan pelanggan.
6. Kekuatan positif Evaluasi
Lakukan evaluasi secara berkala setiap tahap usaha Anda. Perhatikan kekuatan dan kelemahan pada bagian produksi, pemasaran maupun manajerial yang Anda terapkan. Bangun solusi pada setiap persoalan yang timbul. Tentukan target-target baru yang harus dicapai pada evaluasi selanjutnya.
Bertani membutuhkan kesabaran dan konsisten. Selayaknya merawat makhluk hidup, hama, penyakit dan cuaca turut menjadi resiko. Perhatian dan keterampilan petani menjadi faktor penting penentu kesuksesan. Yakinlah pada kemampuan Anda. Tumbuhkan motivasi dan keteguhan untuk mengembangkan usaha pertanian yang Anda rintis. Selamat berjuang!