Youth of May merupakan drama seri Korea Selatan yang baru saja mulai tayang. Drama ini mengambil latar kota Gwangju di bulan Mei 1980. Pada tempat dan waktu itulah terjadi peristiwa bersejarah besar di Korea Selatan. Pemberontakan Gwangju. Peristiwa yang memakan korban hingga sekitar 600 nyawa manusia. Di bulan Mei 1980, di kota Gwangju, cinta bersemi antara Hwang Hee-Tae, dan Kim Myung-Hee.
Hwang Hee-Tae (Lee Do-Hyun) adalah seorang mahasiswa kedokteran yang sudah lulus ujian terakhir. Hwang Hee-Tae sangat pintar. Saat masuk kuliah, dia berhasil masuk ke Seoul National University dalam jajaran nilai terbaik. Ayahnya yang sangat bangga sampai membuat spanduk tentang keberhasilan anak sulungnya itu. Hal itu membuat beberapa orang masih mengingat namanya hingga bertahun-tahun kemudian. Salah satunya adalah Kim Myung-Hee.
Tak seperti Hee-Tae, Myung-Hee (Go Min-Si) tidak terlahir dari keluarga yang terpandang, dan kaya raya. Dia harus bekerja keras menjadi seorang perawat. Hasilnya sebagian ia kirim ke rumah. Sebagian ditabung untuk mengejar cita-citanya. Kuliah di luar negeri.
Suatu hari kabar baik datang, dia diterima kuliah di Jerman. Selain itu, Myung-Hee pun berhasil mendapatkan beasiswa dari gereja. Namun Myung-Hee tetap memerlukan biaya untuk membeli tiket pesawat terbang. Uang tabungannya belum cukup untuk pergi bulan depan.
Lee Soo-Ryeon (Keum Sae-Rok) adalah seorang mahasiswi hukum yang menjadi aktivis demokrasi. Oleh penguasa, dia bersama teman-temannya dicap sebagai komunis. Sedangkan dia adalah anak seorang kapitalis. Ayahnya seorang pengusaha farmasi yang sangat sukses.
Hee-Tae tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan ayahnya. Ayahnya seorang yang ambisius. Segala cara dia lakukan demi keinginannya. Termasuk dengan memperalat anaknya. Karena Hee-Tae sangat membutuhkan uang, Hee-Tae mau menuruti keinginan ayahnya agar dia mendekati putri seorang pengusaha farmasi yang sangat sukses. Lee Soo-Ryeon.
Soo-Ryeon tertangkap polisi saat bersama teman-temannya mencetak pamflet pergerakan di kantor ayahnya. Karena peristiwa itu, aksinya yang selama ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi diketahui oleh ayahnya. Ayah Soo-Ryeon yang ditekan oleh ayah Hee-Tae karena kegiatan putrinya, meminta Soo-Ryeon agar mau berkenalan dengan Hee-Tae.
Soo-Ryeon jelas menolak mentah-mentah ajakan kencan dari anak musuh utamanya. Kepala Investigasi Anti Komunis, demikian jabatan ayah Hee-Tae.
Kebetulan saat itu sahabatnya, Myung-Hee, sedang main ke rumahnya. Myung-Hee menceritakan kesulitannya mengumpulkan uang tiket. Sementara Soo-Ryeon mencak-mencak tidak mau dipaksa berkencan dengan anak musuhnya. Tetapi jika dia tidak mau menurut, maka teman-temannya tidak akan dibebaskan oleh polisi.
Pada saat itulah, Soo-Ryeon mengajukan idenya pada Myung-Hee. Jika Myung-Hee mau menggantikan dirinya berkencan bersama Hee-Tae, maka Soo-Ryeon akan membayarkan tiket pesawat Myung-Hee. Toh Hee-Tae belum mengenal Soo-Ryeon, begitu pun sebaliknya. Hee-Tae tak akan tahu kalau Soo-Ryeon, dan Myung-Hee membohonginya.
Maka bertemulah Hee-Tae, dan Soo-Ryeon palsu.
Sebelum kencan, Soo-Ryeon mengajari Myung-Hee agar Hee-Tae malas berkencan lagi dengannya. Sehingga ayahnya tidak akan memaksa-maksa dirinya lagi untuk menjalin hubungan dengan Hee-Tae.
Pertama, di tempat makan yang berkelas Myung-Hee langsung memesan bir, dan menenggaknya secara vulgar. Hee-Tae malah ikut-ikutan minum. Langsung dari botolnya!
Kedua, Myung-Hee mengaku sebagai perempuan modern. Tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah. Hanya mau fokus mengejar karir. Tidak mau punya anak pula. Hee-Tae berkata, perempuan ambisius adalah tipenya.
Ketiga, Myung-Hee berpura-pura masuk ke mode filsuf, agar Hee-Tae kehilangan kata-kata. Namun Hee-Tae tak goyah juga.
Keempat, Myung-Hee mengajak Hee-Tae makan di tempat yang jorok. Namun Hee-Tae malah bercerita kalau dia terbiasa makan sisa makanan orang lain.
Jika sampai tahap keempat tersebut si cowok masih belum goyah, berarti cowok itu termasuk tipe yang easy going. Senjata pamungkas agar cowok easy going menjadi hilang rasa adalah: BELANJA!
Maka kelima, Myung-Hee meminta Hee-Tae membelikan dia barang yang mewah-mewah. Hee-Tae mempersilakannya untuk membeli apa saja yang dia sukai. Namun setelah diberikan kebebasan, giliran Myung-Hee sendiri yang shock melihat harga barang-barang di toko mewah itu. Harganya senilai tiga bulan gajinya sebagai perawat.
Gagal sudah usaha Myung-Hee agar kencan itu berakhir saat itu juga. Hee-Tae malah terhibur dengan semua yang dilakukan Myung-Hee, dan ingin bertemu lagi di lain kesempatan.
Yang Myung-Hee tidak ketahui, ada alasan kuat yang membuat Hee-Tae tak goyah mendekatinya. Alasan apakah itu? Sebaiknya, Anda mengetahuinya sendiri dengan menonton drama ini.
Dua episode pertama drama ini cukup membuat penasaran. Cinta Hee-Tae kepada Myung-Hee sangatlah manis. Myung-Hee pun mulai menyambut perasaan Hee-Tae. Tapi kerumitan asal muasal perkenalan mereka menjanjikan masalah yang besar.
Selain kisahnya yang menarik, latar waktu di tahun 80-an berhasil membawa nuansa nostalgia. Gaya baju, aksesoris, suasana kota, transportasi, dan interior rumah sangat menarik untuk dicermati. Sedangkan latar tempat menjadikan dialog di film ini kental dengan dialek yang tidak biasa. Dialek Jeolla yang unik. Tak seperti cara ngobrol orang Seoul.
Walaupun kisah cinta Hee-Tae, dan Myung-Hee sangat manis di episode kedua, saya sendiri khawatir jika drama ini akhirnya berujung sedih. Latar cerita sangat mendukung adanya sad ending. Apalagi adegan di awal episode pertama sudah memberikan petunjuk yang tidak begitu menyenangkan. Jika Anda penasaran seperti apa, mari bersama kita ikuti drama ini.