Tahukah kalian bahwa ada masa emas seorang anak yang bagi sebahagian orang tua, seharusnya jangan sampai terlewatkan.
Sekecil bahkan sedetik saja kita melewatkan masa emas itu, seorang anak akan dengan cepatnya berpikir bahwa kedua orang tuanya tidak peduli, atau mungkin berpikir tidak menyayanginya.
Lalu, akankah kita menjadi orang tua seperti itu di mata anak kita?
Tentu tidak bukan?
Satu tahun yang lalu, ada satu video yang amat menarik dan luar biasa dari seorang pembicara muda di luar negeri.
Beberapa hari yang lalu, saya kembali membuka video itu melalui Youtube Channel: TED. Kebetulan, channel ini membahas banyak hal terkait motivasi, ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Jika kalian ingin menambah wawasan. Saran saya untuk sering-seringlah menonton Youtube Channel tersebut.
Hitung-hitung belajar bahasa inggris kembali. Maaf jadi ngalor ngidul deh.
Oke, saya di sini ingin membahas tentang salah satu gadis muda berusia tujuh tahun, yang membuat saya terpana, terkesima, bahkan merasa bahwa diri saya sangatlah bodoh.
Mengapa demikian? Karena, gadis muda itu memaparkan, mengenai pentingnya kebersamaan orang tua terhadap anaknya, yang berkaitan pula terhadap pengaruh akan perkembangan otak seorang anak.
Tentu kalian pun akan berpikir, bagaimana bisa anak usia tujuh tahun membicarakan tentang topik yang seharusnya dibawakan oleh orang dewasa atau orang tua yang berpengalaman.
Ya, dia membuktikannya, seorang gadis muda berusia tujuh tahun, dan dia adalah Molly Wright.

Saya sendiri tidak tahu jelas, gadis ini berasal dari negara mana atau seperti apa.
Saya hanya tahu dan melihatnya di video Youtube Channel :TED yang berjudul “Molly Wright: How Every Child can Thrive by Five?” dipublikasikan pada bulan Agustus 2021 tahun lalu.

Pada video itu, Molly yang mempersentasikan di depan banyaknya penonton dewasa, tanpa takut dan tak ragu, bahkan dengan luar biasanya memberikan tamparan keras bagi orang tua di seluruh dunia.
Menerangkan bahwa pentingnya interaksi orang tua kepada anak sejak dini dan sesering mungkin.
Kita pasti tahu, banyak orang tua bahkan di Indonesia sendiri.
Saat mereka memutuskan untuk memiliki seorang anak, ya hanya sekadar melahirkan, memberi makan, dan menjaganya.
Bahkan, ada yang memiliki anak hanya untuk investasi masa depan. Walaupun memang, semua orang tua pasti memiliki rasa sayang yang begitu besar kepada anak-anaknya.
Tapi, pernahkah kita berpikir bahwa penting lho membersamai anak di masa-masa emas mereka, yang justru dapat berdampak baik bagi mental dan fisik mereka di masa depan.
Atau, apakah kalian orang dewasa sangat yakin bahwa diri kalian begitu luar biasa di mata anak kalian?
Saya rasa tidak. Ada banyak variasi jawaban dari seorang anak. Bahkan mereka, bisa mengimajinasikan masing-masing di otak mereka tentang orang tuanya.
Jika kalian ingin tahu, kalian bisa mencobanya dengan memberikan pertanyaan kepada mereka.
Di Indonesia sendiri, pengetahuan akan parenting masih belum berkembang dengan baik.
Saya yakin 100% bahwa orang tua di Indonesia, justru tidak tahu kapan masa emas (golden age) seorang anak yang penting untuk mereka terapkan atau lakukan.
Saya pun yakin, pasti banyak orang tua yang bingung apa itu masa emas (golden age) anak.
Jika pembaca ada yang sudah mengetahui apa itu golden age anak, bersyukurlah kalian karena setidaknya kalian sudah tahu dasar ilmu parentingnya dan terus lanjutkan.
Tapi bagi kalian yang tidak tahu apa itu golden age anak, yuk bersama-sama kita mempelajarinya dari sekarang. Karena tidak ada kata terlambat sedikit pun.
Kenapa saya membahas tentang “Yuk Membersamai anak di Masa Emasnya.” Karena seorang anak yang masih sangat belia, tentu membutuhkan figure ayah dan ibunya untuk melihat kehidupan yang belum mereka ketahui.
Lalu, kapan masa emas anak itu yang harus orang tua lakukan?
Seperti yang diungkapkan oleh Molly Wright dalam videonya. Golden age seorang anak ada pada “first five years” atau disebut juga masa lima tahun pertamanya.
Yaitu dimulai dari mereka lahir, hingga usia lima tahun seorang anak berkembang.
Pada masa ini, seorang anak/bayi ibarat gelas yang masih kosong.
Awal kelahiran hingga tahun pertama kehidupannya, gelas kosong ini akan terisi oleh banyak hal dari lingkungannya, terutama dari kedua orang tuanya.
Dilansir dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) menerangkan bahwa pemantauan tumbuh kembang anak ada pada 1000 hari pertama kehidupan, dimulai dari saat pembuahan di dalam rahim hingga seorang anak berusia dua tahun.
Ketika seorang anak sudah beranjak dua tahun, maka perkembangan otaknya pun bertambah dengan begitu pesatnya.
Bahkan tumbuh kembang otaknya bisa mencapai 80% lebih besar dari orang dewasa.
Selanjutnya, saat anak ada di usia ketiga hingga kelima, perkembangan otaknya pun ikut berkembang, terus bertambah dan semakin pesat.
Itu sebabnya pula, anak usia 3-5 tahun banyak mengalami masa tantrum. Karena pada masa itu juga, seorang anak sangat membutuhkan sosok kedua orang tuanya untuk memberitahu apa yang salah hingga yang benar untuk dilakukan.
Di usia inilah orang tua ada baiknya mengenalkan apa yang boleh, dan tidak, serta kebutuhan mana yang penting untuk mereka miliki.
Tapi, penting pula adanya komunikasi responsif yang dimiliki orang tua, agar saat memberitahukan kepada anak, tidak adanya penekanan emosi negatif yang justru akan membuat seorang anak melakukan hal yang seenaknya.
Molly Wright pada pembuka di videonya, menerangkan tentang sebuah permainan peek a boo (ciluk ba), ternyata bisa mengubah banyak hal dalam masa perkembangan seorang anak.
Dan itu harus dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Seperti pada video Molly Wright yang di mana ada pemeran yang melakukan adegan dari pentingnya interaksi orang tua terhadap anak.
Pemeran itu ialah Amarjot dan putra batitanya yang bernama Ari.

Amarjot dalam video itu melakukan intruksi yang diperintahkan oleh Molly. Pertama, yang diintruksikan ialah permainan meniru.
Di sini Amarjot melakukan gerakan sedikit bermain ekspresi wajah di depan Ari.
Saat Ari melihat ekspresi yang dimainkan oleh ayahnya, ia pun mengikuti dan tertawa riang.
Ternyata, permainan meniru ini dapat membangun imajinasi dan empati seorang anak.

Selanjutnya, Molly mengintruksikan kepada Amarjot bermain penamaan untuk membangun kosa kata dan perhatian.
Permainan ini dilakukan dengan cara Amarjot menyebut kata “Ayah, Ari, Ayah, Ari” sambil menunjuk ke arah dirinya dan sang putra.

Terakhir, yaitu permainan peek a boo yang diintruksikan lagi oleh Molly kepada Amarjot.
Permainan ini dilakukan oleh Amarjot dengan cara menutup wajahnya, lalu dengan cepat membukanya sambil berkata peek a boo (ciluk ba) di depan putranya Ari.
Hingga membuat Ari yang melihat itu pun merasa senang. Ternyata, permainan peek a boo ini, menurut Molly dapat membangun ingatan dan kepercayaan.

Apa yang dilakukan Molly bersama pemeran Amarjot dan Ari di dalam video. Merupakan bentuk keluh kesah seorang anak untuk para orang tua.
Bahwa kita cukup melakukan hal yang amat sederhana bagi anak-anak kita.
Hal sederhana apa yang musti dilakukan. Bagi Molly, cukuplah dengan kita berbicara, bermain dan membuat anak-anak kita tertawa.
Hal itu ternyata mampu membangun dan memperkuat hubungan dan kesehatan mental bagi anak kita di masa yang akan datang.
Terutama saat mereka nantinya akan bersosialisasi dengan lingkungan barunya, mencari dan menjalin pertemanan, menumbuhkan minat dan bakat mereka untuk pekerjaannya nanti, atau bahkan mempelajari apa yang ada pada kedua orang tuanya, untuk diri mereka saat kelak mereka menjadi orang tua.
Apa yang Molly terangkan dalam video dari awal hingga akhir. Membuat diri saya sedikit terenyuh, bahwa begitu pentingnya kebersamaan antara orang tua dengan anak-anaknya di usia yang sangat muda.
Banyak yang mengatakan, seorang anak saat masih kanak-kanak, akan sangat memerlukan orang tuanya.
Tapi, saat mereka beranjak remaja dan dewasa untuk bersama dengan orang tua akan sangat sulit dilakukan.
Apalagi, jika seorang anak sudah memiliki lingkungan baru disekitarnya, bersama teman-temannya.
Sangat sulit sekali untuk kembali untuk menjalin kebersamaan itu.
Penting bagi orang tua membersamai anak, karena akan berpengaruh pada mental seorang anak.
Seperti pada video, saat Molly mengintruksikan kepada Amarjot untuk tidak peduli kepada Ari dengan memfokuskan dirinya pada gawai/gadget.
Hanya 30 detik lamanya Amarjot memfokuskan diri pada gawai, dan reaksi Ari melihat ketidakpedulian ayahnya, justru membuatnya menangis dan histeris. Bahkan, ia merasa telah kehilangan sosok ayahnya itu.


Bayangkan, hanya 30 detik saja kita tidak peduli pada anak kita. Mereka sudah sangat bersedih melihat ketidakpedulian ayahnya.
Andaikan kita pun melakukan hal yang sama kepada anak kita seperti itu, bagaimana nasib anak kita nantinya di masa depan.
Tahukah kalian, kebersamaan bagi seorang anak sangatlah penting. Bagi mereka kebersamaan orang tua dan anak, akan membuat sebuah kenangan berharga di dalam otaknya.
Bayangkan, jika kita sibuk dengan gawai/gadget, tidak peduli, dan tidak membersamai diri dengan anak di masa emasnya.
Apa yang akan diingat seorang anak di dalam otaknya kelak? Akankah mental mereka baik-baik saja?
Bagaimana jika saat dewasa, mereka justru tidak ingat satu pun kesenangan bersama kita?
Tidakkah kalian merasa sedih, jika anak-anak kalian justru tumbuh menjadi anak yang mengalami gangguan kesehatan mental nantinya.
Tidak masalah, kesibukan apa pun yang menerpa orang tua baik ayah ataupun ibu.
Dalam satu minggu saja, bukankah ada dua hari weekend, yang bisa kita luangkan waktu untuk bersama dengan anak-anak kita.
Jangan sampai, ketidakpedulian kita kepada anak, justru menimbulkan dendam di diri anak kita, hingga membuat mereka memiliki trauma berupa inner child.
Dan jangan sampai ada kata terlambat untuk membersamai, karena saat mereka beranjak dewasa, bisa saja mereka sudah tidak ingin lagi membersamai diri dengan orang tuanya.
Bahkan, saat dewasa mereka sudah memiliki dunianya sendiri, yang di mana orang tua tidak bisa lagi ikut campur.
So. Yuk, mulai dari sekarang membersamai anak-anak kita di masa golden age nya. Sama seperti yang diungkapkan Molly.
Sekali lagi, cukuplah dengan mengajak anak-anak mengobrol, berkomunikasi, bermain, bercanda ria, atau bahkan membuat kenangan berharga yang bisa menumbuhkan tumbuh kembang mereka yang lebih positif ke depannya.
Satu kehadiran kalian, seribu kebahagiaan untuk anak-anak.