Mengerikan sekaligus menyedihkan ya melihat kawasan yang seharusnya menjadi lahan hijau malah tertutupi gunungan sampah. Foto di atas adalah salah satu dari sekian banyak gambaran sampah yang menumpuk di tempat pembuangan sampah akhir (TPA) di Indonesia. Kondisi yang sama juga terjadi lho di tempat pembuangan sampah sementara (TPS).
Bagaimana cara untuk mengatasi banyaknya tumpukan sampah di TPA dan TPS? Salah satu langkahnya adalah dengan menerapkan gaya hidup zero waste di mulai dari rumah kita tinggal. Zero waste ini ramai dibicarakan belakangan ya, padahal sudah ada sejak tahun 1990an.
Apa sih zero waste? Kita bisa mengartikannya sebagai gerakan nol sampah atau mengurangi sampah. Caranya cukup mudah yaitu dengan memilah sampah organik dan anorganik, mengompos sisa makanan dan olahan di dapur, menggunakan kembali berbagai barang yang layak pakai dan mengurangi penggunaan produk sekali pakai dengan wadah yang dapat dipakai berulang.
Supaya sampah tidak menggunung, kita mulai memilah sampah plastik, botol, kaleng dan sampah basah atau organik ke dalam wadah yang berbeda. Sampah organik dapat kita masukkan ke dalam tempat pengomposan seperti keranjang Takakura, bata terawang atau lainnya. Sampah yang tidak bisa dikompos dapat seperti botol-botol kaca dan plastik dapat digunakan menjadi wadah lain.
Dengan memilah dan mengompos sampah organik, tumpukan sampah di TPA dan TPS dapat berkurang lho. Alhasil berkurang juga gas metana yang dihasilkan tumpukan sampah dan minimalisasi terjadinya ledakan dari sampah pun dapat dihindari. Sampah bisa meledak?
Pada kenyataannya bisa lho. Menurut R. Julianto dalam Pokja AML, gas metana yang dihasilkan oleh sampah diakibatkan oleh dekomposisi oleh bakteri, reaksi kimia dan penguapan. Dengan adanya pemilahan sampah, kita bisa membantu para petugas kebersihan, petugas di TPA dan TPS serta lingkungan untuk selalu sehat dan bersih.
Yuk, kita memulai gerakan zero waste dengan pilah dan kurangi sampah.