Seringkali manusia terlalu fokus pada pencapaian yang bagus hingga mengabaikan proses dan usaha.
Akibatnya, orang-orang rela melakukan apapun untuk mengapai hasil yang sempurna sekalipun harus mengambil jalan pintas.
Sedihnya, orang yang mengambil jalan pintas bisa saja mendapatkan pencapaian sebagus orang yang sudah lelah menjalani proses.
Lantas bagaimana Islam menmandang proses dan hasil? Ternyata Islam menekankan kepada kita untuk lebih fokus pada usaha dibandingkan hasil.
Islam mendorong kita untuk membenahi kualitas dibandingkan kuantitas.
Islam menegaskan kita untuk untuk senantiasa menghargai proses, sebab proses itulah yang kelak akan dihisab di yaumul akhir.
Adapun salah satu surah dalam Al-Quran yang memberi pesan untuk menghargai proses.
Surah itu adalah An-Najm, tepatnya dalam ayat 33 sampai 40. Untuk lebih memahami tafsir dari ayat-ayat tersebut, masi kita simak penjelasan di bawah ini:
1. Penolakan Al-Quran oleh Kaum Kafir Quraisy
أأَفَرَءَيْتَ ٱلَّذِى تَوَلَّىٰ
Terjemah: “Maka apakah kamu melihat orang yang berpaling (dari Al-Quran)” ? (QS. An-Najm [53]: 33)
Saat Rasulullah SAW menyampaikan isi Al-Quran kepada orang-orang kafir Quraisy, mereka malah berpaling.
Padahal, orang-orang kafir Quraisy itu rata-rata merupakan ahli syair.
Maka saat ayat-ayat Al-Quran dibacakan, mereka tahu bhawa Al-Quran tidak dibuat oleh manusia karena bahasanya terlalu sempurna.
Lalu apa yang membuat mereka berpaling?
2. Enggan untuk Upgrade Diri
وَأَعْطَىٰ قَلِيلًا وَأَكْدَىٰٓ
Terjemah: “serta memberi sedikit dan tidak mau memberi lagi?” (QS. An-Najm [53]: 34)
Ternyata orang-orang kafir Quraisy saat itu berpaling dari Al-Quran karena banyaknya tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi selain syahadat.
Jadi meskipun mereka percaya bahwa Al-Quran itu mukjizat. Namun Islam bukan agama yang hanya menuntut kepercayaan.
Islam juga menuntut ketaatan terhadap seluruh perintah Allah SWT.
3. Terlalu Cepat Puas
أَعِندَهُۥ عِلْمُ ٱلْغَيْبِ فَهُوَ يَرَىٰٓ
Terjemah: “Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib, sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan)?” (QS. An-Najm [53]: 35)
Mereka orang-orang kafir Quraisy merasa kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan sudah cukup untuk menutupi kemaksiatannya.
Sungguh mereka hanya mengada-ada hingga bisa berpikir seperti itu. Jangankan pembangkangan terhadap Islam, orang beriman pun belum tentu lepas dari dosa.
4. Pesan dari Ibrahim AS dan Musa AS
أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِى صُحُفِ مُوسَىٰ
Terjemah: “Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa?” (QS. An-Najm [53]: 36)
وَإِبْرَٰهِيمَ ٱلَّذِى وَفَّىٰٓ
Terjemah: “dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?” (QS. An-Najm [53]: 37)
Kemudian Allah mengingatkan mereka lagi tentang salah satu pesan yang pernah disampaikan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Musa AS.
Meningat kaum kafir Quraisy pada saat itu belum menerima kitab-kitab dari Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, maka Allah sampaikan kembali pesan itu dalam ayat Al-Quran berikutnya.
5. Kita Akan Memikul Beban Kita Sendiri
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ
Terjemah: “(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain” (QS. An-Najm [53]: 38)
Segala kesalahan yang kita perbuat pada akhirnya harus kita memikul akibatnya.
Sekalipun ada manusia lain yang mendorong kita untuk melakukan kesalahan, mereka tidak bisa memikul kesalahan kita.
Kelak di akhirat, orang lain akan memikul perbuatan buruknyanya sendiri, begitupun kita.
Penting juga untuk dipahami bahwa kata (أُخْرَىٰ) yang berarti dosa bisa juga diartikan sebagai beban.
Jadi beban yang Allah azza wa jala titipkan pada setiap individu hanya bisa dipikul oleh individu itu sendiri.
Sekalipun ada pertolongan dari manusia lain, itu tidak akan bisa menggantikan kewajiaban indivdu tadi untuk memikul bebannya sendiri.
6. Kualitas, Bukan Kuantitas!
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
Terjemah: “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An-Najm [53]: 39)
Seorang muslim harusnya fokus pada kualitas usahanya, bukan malah terobsesi dengan hasil.
Jika kita rincikan lagi, Allah itu menilai amal peruatan kita dari segi kualitas.
Lebih baik kita tilawah hanya 3 lembar sehari dengan niat ikhlas dan tartil, darpada tilawah 3 juz sehari tetapi niatnya hanya untuk pamer lalu bacaannya teruru-buru.
Untuk masalah hasil, kita boleh saja menetapkan target pencapaian hidup untuk menjaga semangat juang.
Namun harus diingat bahwa kita bisa mengontrol proses, yakni doa dan usaha yang terbaik. Setelah itu hasil diserahkan kepada Allah SWT.
7. Cepat atau Lambat Kita Akan Melihat
وَأَنَّ سَعْيَهُۥ سَوْفَ يُرَىٰ
Terjemah: “dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).” (QS. An-Najm [53]: 40)
Saat kita mengeluarkan usaha terbaik versi kita, orang lain mungkin hanya memperhatikan hasil, namun Allah pasti tahu.
Cepat atau lamat usaha-usaha kita akan membuahkan hasil manis di dunia maupun di akhirat. Kenapa di dunia juga?
Sebab di ayat tersebut, tidak ada penambahan kata fil akhirat.
Sekian penjelasan tafsir dari beberapa ayat dalam surah An-Najm. Semoga dari tafsir tersebut kita bisa lebih menghargai proses hidup ini yang berliku-liku.
Berhentilah memusingkan hasil yang tak sesuai ekspektasi, karena yang terpenting adalah kualitas usaha kita untuk mengapai ridho Allah azza wa jala.
Referensi:
Bayyinah Institute. 2017, 25 November. Quality, Not Quantity – Khutbah by Nouman Ali Khan [Video]. YouTube.