Sama seperti Songket, Kain Jumputan juga merupakan kain khas masyarakat Palembang. Kain ini memiliki bahan yang lembut dengan ragam motif yang estetik dan cantik.
Dengan motif yang beragam, kain ini tak kalah elegan dengan kain khas Palembang lainnya seperti Songket, Tajung, Blongsong, Prada, dan Batik Jupri. Meskipun dibuat dengan proses yang sama namun corak antara satu kain dengan kain lainnya bisa dipastikan tidak serupa.
Hal ini menambah kesan eksklusif bagi pemakainya. Walaupun namanya tidak setenar songket, namun kain ini sudah mulai dilirik mancanegara.
Terbukti kain tersebut memecahkan rekor Muri dalam Event South Sumatra Millennial Road Safety Festival Maret 2019 dengan kategori kain terpanjang sedunia berukuran 1.117 meter yang saat itu dibentangkan di kawasan Pasar 16 Ilir dan Jembatan Ampera Palembang.
Sejarah Kain Jumputan Palembang
Sejarah kain ini juga tak berbeda jauh dengan Kain Songket, dimana teknik pembuatan kain ini dibawa dari Tiongkok yang kemudian berkembang di India dan wilayah-wilayah di Nusantara.
Namun, kelompok yang berjasa dalam membawa batik jumputan ini ke Indonesia adalah para pedagang dari India. Teknik pembuatan Jumputan ini disambut antusias masyarakat Indonesia.
Pasalnya, motif ini hadir dengan berbagai rangkaian warna yang sangat cerah. Motif batik Jumputan memang dibawa dari Tiongkok, namun pada perkembangannya dipengaruhi oleh daerah masing-masing.
Motif Titik Tujuh menjadi Eksistensi Kain Jumputan Palembang
Pada awalnya kain jumputan berasal dari bahan sutra, namun pada perkembangannya jenis kain blaco, mori prima dan primissima bisa menjadi bahan utama pembuatan jumputan.
Secara harfiah, jumputan adalah motif kain tenun dengan ragam bentuk yang dibuat mengikuti penutupan bagian atau pola hias tertentu. Biasanya, jumputan dibuat dengan cara membuat terlebih dahulu jelujur pada benang kain sesuai pola yang kemudian dimasukkan larutan pewarna.
Intinya, teknik pembuatan Kain Jumputan adalah membentuk, mengikat, dan mencelup. Ciri khas Kain Jumputan Palembang adalah motif titik tujuh.
Jumputan titik tujuh merupakan motif berupa titik-titik kecil yang mengelilingi satu titik yang besar dan semuanya berada dalam satu lingkaran. Selain motif titik tujuh terdapat pula motif lain, yakni kembang janur, bintik lima, bintik sembilan, cuncung (terong), bintang lima, dan bintik-bintik.
Motif kain Jumputan Palembang umumnya menggunakan dua sampai tiga warna, yaitu merah, hijau, dan kuning. Supaya lebih aman, beberapa pengrajin juga menggunakan pewarna alami seperti gambir, bunga kecubung, kayu damar, nila dan lain-lain.
Begini Cara Membuat Kain Jumputan Palembang
Sebelum membuat Kain Jumputan, hal yang paling utama dilakukan adalah membuat motif. Pembuatan motif ini harus benar-benar di perhatikan.
Selanjutnya, tahapan melukis pola yang dilanjutkan dengan proses ikat-jahit. Kemudian, proses pewarnaan. Pencelupan warna motif ini dilakukan secara manual. Semakin sering dicelup maka warna yang dihasilkan pun akan semakin bagus.
Paling tidak butuh 10 hingga 20 kali pencelupan agar hasilnya bagus. Terakhir, tahap pengeringan dengan menjemur Kain Jumputan selama kurang lebih 2 hari hingga benar-benar kering.
Pasar 16 Ilir, Sentra Jumputan Palembang
Bagi kamu yang ingin membeli kain jumputan, maka wajib datang ke kawasan Pasar 16 Ilir yang terletak Jalan Pasar Baru, 16 Ilir, Kecamatan Ilir Tim. I. Kamu bisa memilih berbagai macam Jumputan sesuai dengan kualitas dan harga yang diinginkan.
Rata-rata harga sehelai Kain Jumputan berkisar Rp250.000 hingga jutaan rupiah tergantung dari bahan, tingkat kesulitan, serta model busana yang dijahit.
Perlu diingat bahwa kualitas Kain Jumputan akan lebih tahan lama jika prosesnya dibuat secara manual mulai dari melukis motif, menjahit hingga pencelupan warna. Biasanya Kain Jumputan berbentuk baju dan kain selendang. Namun, ada pula yang berbentuk kain sepanjang 3 meter.