Arian Arifin atau yang kerap dipanggil dengan nama panggung Arian 13. Vokalis band Seringai tersebut mencuat ke permukaan public ketika dirinya telah mendepak Gofar Hilman dari bisnis yang sebelumnya mereka Kelola Bersama.
Arian Seringai telah memberikan alasan mengapa ia harus memutus hubungan bisnis sekaligus persahabatannya dengan Gofar Hilman.
Melalui surat terbuka yang ia tulis untuk Gofar hilman, Arian menyebut bahwa Gofar Hilman merupakan sosok yang problematik.
Siapa sebenarnya sosok Arian? Berikut adalah profil mengenai arian yang merupakan mantan rekan Gofar yang dikenal sebagai kreator konten podcast.
Arian terlahir dengan nama Arian Arifin Wadirman. Lahir di Bandung 1 Agustus 1974.
Arian merupakan musisi band Seringai sekaligus sosok seniman yang sedari kecil sudah menunjukkan bakat dan ketertarikannya dengan seni rupa.
Ternyata hal tersebut bukan tanpa sebab karena Arian merupakan cucu dari Sindoedarso Soedjono, pelukis dan kritikus seni rupa pertama di Indonesia.
Nenek Arian juga ternyata seorang pengurus organisasi Seniman Indonesia Muda yakni Mia Bustam.
Arian kecil menghabiskan waktu kanak-kanaknya di Boston, Amerika Serikat karena sang ayah saat itu menempuh Pendidikan di Massachusetts Institute of Technology. Arian baru kembali ke Bandung saat usianya menginjak tujuh tahun.
Perkenalannya dengan dunia musik cadas bermula saat ia menduduki bangsu SMA. Ia mendirikan band yang bernama Maximum Deaf Impact sebagai vokalis sekaligus Lead Gitar.
Kiprahnya di dunia musik berlanjut saat ia bergabung di band bernama Puppen saat berkenalan dengan sosok Robin Malau.
Saat bergabubg dengan Puppen, Arian menulis berbagai lagu yang salah satunya lagu ikonik yang berjudul Hijau karena tema perlawanan terhadap otoritas militer.
Sayangnya band Puppen harus bubar pada tahun 2002, sehingga Arian mencoba untuk merintis band baru berjudul Derai namun tidak bertahan lama karena masing-masing anggotanya tidak puas dengan konsep yang diusung band tersebut.
Hingga akhirnyam beberapa anggota seperti Ey Khemod dan Toan Sirait menemukan sebuah konsep yang ideal. Band tersebut akhirnya dinamakan Seringai.
Arian juga membuka berbagai bisnis dengan rekan-rekannya. Salah satunya adalah Howling Wolf, sebuah took yang menjual merch music sekaligus studio tattoo yang juga menjual produk dari band Seringai.
Arian Bersama Howling Wolf akhirnnya merger dengan bisnis Pistone, bengkel otomotif yang dikelola oleh Gofar Hilman.
Keputusan merger tersebut membuahkan hasil yaknis sebuah brand Lawless yang memiliki sektor bisnis di bengkel modifikasi otomotif, label rekaman, dan gerai burger yakni Lawless Burgerbar.