Sisa-sisa arkeologi bukanlah hal yang nihil ditemukan di Indonesia, negara yang memiliki wilayah yang luas serta kaya akan budaya dan sejarah.
Bukan hanya para arkeolog dalam negeri saja yang terlibat untuk menggali dan menemukan peninggalan bersejarah Tanah Air, namun juga para ahli arkeologi dari seluruh penjuru dunia.
Salah satu arkeolog yang baru-baru ini terlibat dalam aktivitas arkeologis, adalah Véronique Myriam Yvonne Degroot, seorang arkeolog wanita dari Eropa.
Kabar keterlibatan arkeolog tersebut di penggalian situs di Nusantara, dilansir oleh akun twitter @EFEO_Paris.
EFEO merupakan singkatan dari École française d’Extrême-Orient, yang berarti “Sekolah Prancis untuk Timur Jauh”.
EFEO merupakan sebuah lembaga penelitian Prancis yang khusus ditujukan untuk penelitian peradaban klasik Asia, melalui studi humaniora dan ilmu-ilmu sosial.
Pada twit bertanggal 5 Oktober 2022, akun @EFEO_Paris mengungkapkan bahwa Véronique Degroot saat itu sedang melakukan penggalian arkeologi di situs Bumiayu, Palembang, Sumatera Selatan.
⛏️ Véronique Degroot is currently conducting an archaeological excavation on the site of Bumiayu, Palembang, South Sumatra, in collaboration with archaeologists from the National Agency for Research and Innovation (BRIN). pic.twitter.com/aBtwGCmr3z
— EFEO (@EFEO_Paris) October 5, 2022
Penggalian tersebut dilakukan dengan kerja sama dengan para arkeolog dari Badan Penelitian dan Inovasi Nasional (BRIN).
Dijelaskan bahwa tim penggalian tersebut sedang mengerjakan beberapa proyek, yaitu:
- Pencarian dasar sungai purba yang menjadi penghubung antara danau Candi dengan sungai Lematang
- Jejak pemukiman kuno di bantaran sungai Lematang.
- Pembersihan kuburan muslim tua
Biografi singkat Véronique Myriam Yvonne Degroot
Véronique Myriam Yvonne Degroot lahir pada tahun 1972, di Charleroi, Belgia. Sepanjang kariernya sebagai arkeoloh, Degroot telah menerbitkan beberapa publikasi, di antaranya adalah:
- Tahun 2006, “The archaeological remains of Ratu Boko: from Sri Lankan Buddhism to Hinduism.” Indonesia and the Malay world 34,98: 55-74.
- Tahun 2008, “Ancient bathing places of Central Java: a short survey.” Aziatische Kunst 38,4 ( Parels in een baaierd van lacunes: feestbundel voor Pauline Scheurleer): 62-68.
- Tahun 2009, Candi, space and landscape: a study on the distribution, orientation and spatial organization of Central Javanese temple remains, [s.l.]. – PhD thesis Leiden University; revision publ. as Mededelingen van het Rijksmuseum voor Volkenkunde Leiden 38; e-book
- Tahun 2010, karya bersama M.J. Klokke, “Interrelationships among Central Javanese temples: the example of Asu, Lumbung, and Pendem.” Archipel 80: 45-75.
- Tahun 2013, karya bersama M.J. Klokke (eds), Unearthing Southeast Asia’s past: selected papers of the 12th international conference of the European Association of Southeast Archaeologists, vol. 1, Singapore: NUS.
Berikut adalah karier dan pengalaman Degroot:
- Tahun 1994, memperoleh gelar Bachelor of Arts di bidang seni dan arkeologi dari Université Catholique de Louvain.
- Tahun 1994 – 1995, memperoleh gelar Master of Arts di bidang seni dan arkeologi Asia Tenggara, dari SOAS, London University.
- Tahun 1995 – …., bekerja secara paruh waktu sebagai pemandu wisatawan untuk operator tur klutural Prancis Clio, dan bekerja sebagai field archeologist untuk EFEO.
- Tahun 2002 – 2005, junior researcher di NWO ASPASIA, Leiden University.
- Tahun 2007, mendapat beasiswa enam bulan dari Gonda Foundation.
- Tahun 2009, memperoleh gelar Doctor of Philosophy dari Leiden University, di bawah bimbingan B. Arps.
- Tahun 2009 – sekarang, periset Hindu-Buddhist Insular Southeast Asia di the National Museum of Ethnology, Leiden.