Apa kabar teman pecinta puisi? Inspirasi menulis puisi bisa datang dari peristiwa sehari-hari. Sajak kehidupan keras bahkan memiliki makna yang mendalam. Sebab pengalaman batin yang kaya adalah nyawa bagi karya puisi.
Seorang penulis puisi akan rela memperhatikan kejadian sekitar agar karyanya tak tumpul. Dinamika lingkungan inilah yang menjadi ragam kosa kata indah penyair.
Sajak kehidupan keras bisa saja mewakili perasaan sebagian insan. Namun interpretasi makna akan berbeda-beda ketika membedah sebuah puisi. Terlepas dari itu, semua orang berhak menjalani hidup dengan damai.
Mungkin saja dengan mulai menuliskan pengalaman sehari-hari kehidupan bisa menjadi lebih harmonis. Sebab, jawaban persoalan hidup terkadang berloncatan justru saat merangkai kata.
Melalui pengendapan saat menulis, seseorang akan mendapatkan ilham yang terbersit pada batin. Masalah yang menghadang terurai dengan sendirinya. Meskipun pada hakikatnya, jika tak mengaplikasikan pada kehidupan nyata hanya menjadi imajinasi belaka.
Namun setidaknya, refleksi-refleksi itu menjadi gambaran untuk menghadapi kenyataan. Sehingga, tak salah jika lelaku menulis adalah terapi jiwa yang efektif.
Kekesalan, keluhan, rintangan hidup dan kegembiraan adalah salah satu contoh unsur struktur batin puisi. Menulis memang tak lepas dari peristiwa sosial. Melalui kontemplasi yang dalam seorang penyair melukiskan sajak kehidupan keras yang kadang tak terpikirkan insan lain.
Dengan cara ini, proses literasi dapat memberi manfaat dan dampak positif kepada pembacanya.
Setiap orang memiliki jalan pedangnya masing-masing. Perjuangan itu tentu memiliki hikmah yang berlainan antara satu dan lainnya. Dengan menuliskannya, setiap orang mempunyai kesempatan untuk saling belajar.
Menyajikan tulisan dalam bentuk puisi adalah alternatif tepat karena dapat menyentuh perasaan daripada karya tulis ilmiah. Walaupun keduanya sama-sama media edukasi dalam khasanah literasi.
Puisi, adalah karya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Gagasan-gagasan bisa teman kemas apik dalam tulisan menarik berupa sajak. Pahitnya hidup, bagaimana menyelesaikannya, apa hikmah di baliknya, bisa dikemas tanpa menggurui dengan puisi.
Teman tak perlu menggiring pembaca, karena sebuah karya justru sukses ketika memiliki banyak amanat positif yang dapat dicerna.
Nah, sebagai pemula apa yang dapat kita lakukan untuk menggubah puisi? Mulailah dengan mengasah kepekaan terhadap fenomena sekitar untuk menemukan nilai rasa berdasarkan pengalaman batin.
Jangan buru-buru menilai baik dan buruk karya yang teman gubah. Pada dasarnya, semua puisi baik. Kedewasaan diksi akan bertambah seiring seringnya menulis. Berikut beberapa contoh sajak kehidupan keras sebagai inspirasi.
1. Sajak Kehidupan Keras tentang Perjalanan Seorang Pria
Kesederhanaan, keluwesan, kemudahan dan kekacauan hidup adalah niscaya. Karya-karya besar bahkan bisa muncul dari setitik debu yang tak mencolok. Jujur dan menjadi diri sendiri saat menulis tentu membawa dampak baik pada karya-karya yang selanjutnya tercipta.
Orang tidak harus menyukai dan teman tidak harus memaksakan diri untuk memuaskan orang lain saat berkarya.
Tema-tema sederhana mudah ditemui sebagai gagasan. Terkadang hal biasa seperti ketidakadilan di sekolah, sulitnya beradaptasi ketika pindah rumah dapat menjadi tulisan berbobot.
Tengoklah kisah petualangan Sherina, dari konflik pindah rumah dan pertengkaran di sekolah berkembang menjadi plot apik di tangan dingin Riri Riza dan Mira Lesmana. Sajak kehidupan keras seperti ini adalah bahan yang baik.
Semisal kerasnya dinamika hidup seorang pria, tema ini asik untuk menulis puisi. Bagaimana perang batin yang dilaluinya ketika tumbuh dari remaja menjadi dewasa pasti penuh topik-topik jenaka.
Merangkainya menjadi puisi adalah pilihan tepat. Perpaduan indahnya pilihan kata dan kisah maskulin membentuk puisi yang kokoh dan unik. Cobalah teman simak puisi berikut:
Riak Senjakala
Ombak naluri menghiasi gores raung tanpa spasi
Pada setiap pertengkaran dan pertemuan uang ialah maharaja
Tak peduli senja pikiran lumpuh dan keruh
Mentari harus menukar hari
Arena yang hilang akan berganti
Kelir terkuak lalu semut-semut menggerogoti jiwa
Meski acap kali cahaya di ubun-ubun tumbuh
Tetapi sakti jua tetap mati
Gelap hati mungkin butuh memprotes pelangi
Menghalau tekanan dengan menyalahkan seketika dan senantiasa
Bah danjika kan balsem tak balik modal ketika memburuh
Meski kuat tiada minggat cekik hati
Ada yang bilang nilai-nilai adalah cipta kuasa
Orang biasa hanya boleh menikmati molor
Serta berpikir kotor
Kebenaran hanya harapan utopia
Meski sukma mengamuk
Pedih dan rintih
Beradu takluk
Yogyakarta, November 2021
Pada awalnya, mungkin akan sulit menemukan ritme saat menuliskan sajak. Untuk itu, kesampingkan dahulu teori-teori penulisan puisi yang pernah teman baca. Tulis saja apa yang terpikir.
Menulis bebas adalah cara cepat menghasilkan karya sembari mempertajam bakat. Dengan begitu gaya dan kebiasaan menulis akan kita capai. Setelahnya,baru mempelajadi keterampilan mengedit tata bahasa dan kesesuaian diksi.
2. Sajak Kehidupan Keras untuk Buah Hati
Salah satu cara menemukan inspirasi tulisan adalah dengan banyak membaca. Selain itu tulisan yang teman hasilkan akan lebih berwarna. Banyak membaca akan memperkaya kosa kata.
Bahkan meskipun tanpa sengaja, alur dan tata bahasa akan membaik dengan menyerap banyak bacaan. Membebaskan pikiran dengan membaca karya orang lain, lalu memcoba dan berhasil adalah proses yang membahagiakan.
Sebagai contoh, ketika membaca berita tentang Vanessa Angel dan perpisahannya dengan sang buah hati yang begitu tragis. Kisah hidupnya itu mengharu-biru dan penuh makna yang dapat kita serap.
Nah, peristiwa-peristiwa semacam ini tentu akan memadatkan hikmah pada puisi yang teman gubah. Sudah saatnya teman menulis puisi dengan menjauh dari senja, hujan, kopi dan kamu. Bagaimana?
Katakanlah, ketika mengimajinasikan seorang anak balita yang kehilangan orang tua. Apa yang terbersit? Begitu kerasnya keadaan. Unsur batin ini akan membawa sisi religius pada puisi yang teman gubah.
Sajak kehidupan yang keras muncul begitu saja ketika teman merangkainya dalam rima-rima indah. Sebagai bonus, tentu saja kesadaran, pemahaman dan penerimaan diri dapat mengkristal saat berkontemplasi.
Kudang Berita
Denok, menarilah dalam dentum kata-kata
Ada warnamu dalam gores pena
Parasmu meremasku dalam deru keteguhan
Esok engkau akan turun dari pangkuan
Kini biarkan tanganku membekali keberanian
Konon mentari menari demonstrasi
Lantaran imaji berdiri sendiri
Kala menekuni hobi nganggur berdedikasi
Adakalanya uap menjadi kantuk memburuk
Membonsai mimpi yang telah takluk
Kena hardik pikiran pelik hiruk pikuk
Yang namanya dunia tak selalu sesuai angan
Jika senja nanti ada gesekan
Tak perlu tangan dan mulut yang bar-bar membakar
Biar jimat caya pikirmu saja yang pijar menyambar
Denok, hujan petir apakah membawa
Langkah dan senyum selebar bianglala
Perang stigma dalam lelap dan jaga
Sementara hati hampir padam bara
Konon asa mampir ketika hampir terpelintir
Asal masih ada caya berkumandang
Membungkam praduga-praduga liar
Bangkit dari liang lingkaran berkubang
Nak, jika ke rimba kenali habitat belantara
Pergi ke kota pelajari jiwa
Jangan terbersit tumpukan biru lebih indah dibanding lembaran buku
Sebab yang mulia adalah isi kepala bukan harta benda
Yogyakarta, Oktober 2021
3. Sajak Kehidupan Keras dengan Inspirasi Biduk Rumah Tangga
Mengapa ketika membaca karya seseorang ada yang berkomentar isinya kekanak-kanakan? Jangan berkecil hati ketika itu terjadi. Setiap karya memiliki penggemar sendiri.
Apresiasi akan teman dapatkan jika menemukan pembaca yang tepat. Yang perlu kita lakukan adalah bertumbuh agar karya kita selalu segar dan berkembang. Jangan cepat merasa puas dan berhenti belajar.
Sebagai penikmat puisi, teman tentu pernah geli sendiri saat membaca tulisan lama kan? Nah, kedewasaan ide dan pilihan kata inilah yang perlu kita tumbuhkan.
Sekali lagi, tak perlu menjadi sakit untuk memahami perasaan orang sakit. Disinilah keungulan riset. Mengadaptasi pengalaman orang lain sah-sah saja dalam memperkaya wawasan. Sehingga, puisi yang teman cipta lebih berisi dan kuat.
Lihatlah betapa wingitnya W.S Rendra ketika menuliskan Sajak Seorang Tua untuk Isterinya. Ia tak perlu berumur 90 tahun untuk menulis karya yang demikian cespleng.
Menulis sajak kehidupan keras dengan inspirasi biduk rumah tangga bisa saja dengan observasi dan riset mendalam. Mengamati problema dan semua pernak-pernik persoalannya. Berbincang dengan orang yang lebih tua efektif mendewasakan gagasan dan logika sebuah tulisan.
Terlepas dari kekuatan riset, teman harus mampu membedakan fakta dan imajinasi. Sehingga sebuah tulisan akan realistis. Meski tidak harus selalu begitu. Keistimewaan puisi adalah kewenangan untuk merangkai kata sebebas-bebasnya.
Dalam khasanah sastra ini dikenal dengan Licencia Poetica. Namun, jangan tinggalkan efek edukasi yang akan didapat pembaca. Tentu, kita berharap menjadi penyair yang makbul kan?
Jadi, jangan khawatir ketika karya teman belum diterima dengan baik. Cara terbaik adalah dengan bertumbuh, bertumbuh, bertumbuh. Berikut ini sebuah puisi pendek dengan tema rumah tangga.
Jenjam
Kita menari di antara denting nada cahaya
Yang terpedar dari wajahmu yang binar
Sementara malam mengukuhkan pertalian dua jiwa
Saling melindungi dalam ramai dan sepi
Cinta yang tercipta lewat suka duka
Lebih menghujam dan tahan derita
Itu kau, Sang Putri kala sunyi
Ratu kala suka membuncah dada
Saat tuding menuding menggigilkan muka
Kau setia merengkuh sukma
Pemalang, Oktober 2021
4. Sajak Kehidupan Keras dalam Asmara yang Membiru
Cinta adalah tema sejuta umat dalam berpuisi. Begitu banyak karya legendaris dengan isu ini. Dari yang tragis, romantis serta membahagiakan. Mengulik tema ini mungkin lebih mudah jika teman tengah merasakannya. Bahkan bisa sekalian mendedikasikannya untuk orang terkasih.
Ibarat pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Mengasah keterampilan menulis dan mempersembahkannya untuk kekasih, siapa tidak mau. Syukur-syukur bisa jadi sumber penghasilan.
Nah, agar lebih unik teman dapat menerapkan riset seperti penjabaran diatas. Tema ini kaya ragam kejadian, sayang jika puisi yang teman gubah terlalu stereotip.
Bebaskan ide-ide yang mengalir di benak. Beri manfaat sebanyak-banyaknya kepada pembaca. Tak ada ruginya menulis lebih banyak jika teman memang berniat belajar. Ingat, tulisan itu bermanfaat untuk kita juga.
Paling tidak dengan menulis sajak kehidupan keras, teman akan menghalau energi negatif dengan cara yang baik. Terlebih jika teman penghobi puisi, tentu ingin memiliki karya sendiri yang apik.
Setiap karya melalui proses, maka jangan malas menjadi editor tulisan sendiri. Dengan begitu, karya yang teman cipta akan terus berkembang setiap waktu.
Cobalah teman bereksperiman dengan memadupadankan kata, sehingga mendapat diksi yang apik. Di bawah ini sebuah puisi dengan tema cinta yang bisa teman serap.
Harmoni
Jika kalah adalah berarti mencintai
Maka aku ingin mengalah berkali-kali kepada persepsi diri
Yang menjadikanku luput dari pandanganmu di masa lalu
Sebab khilaf menjauhkan janji dari warna warni hati
Jika mencintai adalah keyakinan diri
Aku ingin menjadikanmu percaya seterang cahaya
Sebagai satu dari sekian penopang imanku kepada Pemilik Waktu
Karunia terhangat sepanjang umur yang sesat menyengat
Percayalah tak ada pria yang berani terpesona
Dengan demikian gagahnya
Menjemputmu berikrar setia di depan bapa
Belajar bersama menampik rayu-rayu cantik dari asal usul palsu
Bisik cita santun kita ialah cerlang yang gemilang
Takdir yang tak tersentuh oleh pengintip lauh mahfuz
Genggammu sejuk oleh sejuta rinding syaraf bahagia
Ribuan jejak langkah yang goyah oleh nyeri di kaki dan hati
Kabur dan berai seperti buih yang kembali melaut
Fajar di ufuk lirih cumbui bayang rembulan
25 masa telah berlalu menggapai cerahnya hikmah
Isyarat manis terkuak oleh debar peluk selangkah lalu
Onar bising di kepalaku
Kau menjelma rima sajak gelapku, menjadi bunyi paling harmoni.
Yogyakarta, Agustus 2021
Nah, sekelumit puisi diatas bisa teman kembangkan menjadi sajak menarik. Tips-tips yang telah dipaparkan hanya gambaran dasar selama penulis berproses.
Jika tertarik untuk lebih dalam mempelajari puisi, teman dapat ikut komunitas teater dan sejenisnya agar lebih intens berproses. Walhasil, tanpa lelah berlelaku tentu “kata-kata adalah senjata”, bukan lagi semata-mata metafora.