Setelah berjam-jam memandangi serial Netflix “La Casa De Papel” atau “Money Heist“, judul bahasa Inggrisnya. Perasaan sedikit campur aduk, akan tetapi nalar ini tetap berjalan, memikirkan adegan demi adegan. Sebuah lagu milik grup anti fasis, Resistance, yang melawan fasisme di Italia pada masa Perang Dunia II, yang berjudul “Bella Ciao“, ternyata menjadi penanda ideologi kelompok perampok dalam serial ini.
Begini penggalan lirik lagu Bella Ciao, dan terjemahan bahasa Indonesianya (Dikutip dari pramborsfm):
Una mattina mi sono alzato
Di suatu pagi, aku terbangun
O bella ciao, bella ciao, bella ciao ciao ciao
Oh selamat tinggal cantik, selamat tinggal cantik, selamat tinggal cantik! Bye! Bye!
Una mattina mi sono alzato
Di suatu pagi, aku terbangun
E ho trovato l’invasor
Dan kutemukan penjajah
O partigiano portami via
Oh para pejuang bawa aku pergi
Che mi sento di morir
Karena aku merasa kematianku semakin dekat
E se io muoio da partigiano
Dan bila aku mati sebagai pejuang
Tu mi devi seppellir
Maka kamu harus menguburku
E seppellire lassù in montagna
Kuburlah aku di pegunungan
Sotto l’ombra di un bel fior
Di bawah lindungan bunga yang cantik
Tutte le genti che passeranno
Dan orang-orang yang lalu lalang (melewati kuburanku)
Mi diranno: che bel fior
Akan berkata: “Indah sekali bunganya”
E quest’è il fiore del partigiano
Ini adalah bunga dari seorang pejuang
Morto per la libertà
Yang mati demi kebebasan
Sebenarnya kalau dibandingkan lagu yang sering dinyanyikan oleh para aktivis 98, yaitu “Darah Juang”, yang cenderung bikin nangis, lagu ini lebih memompa semangat juang, dan keberanian untuk menjadi martir bagi perjuangan untuk kebebasan.
Serial La Casa De Papel ini sebenarnya bercerita tentang sekelompok perampok yang memiliki etika tersendiri dalam melakukan perampokan. Bagi mereka, perampokan bukan hanya sekedar mencuri uang, atau benda milik orang lain, akan tetapi lebih kepada sebuah bentuk perlawanan terhadap kapitalisme. Karena itulah mereka memilih untuk tidak membunuh para sandera, malah sebaliknya tiga anggota mereka harus kehilangan nyawa, dibunuh sandera dan dihantam peluru-peluru para polisi yang menyerbu mereka.
Mastermind mereka, yaitu Sergio Marquina a.k.a sang Professor, mengatakan pada Inspektur Polisi Murillo, bahwa tujuan mereka merampok bank, adalah bukan untuk mencuri milik orang lain, akan tetapi untuk mengubah aliran uang dari bank, yang biasanya paling banyak hanya menuju kelompok kaya saja, menjadi mengalir pada kelompok yang miskin dan tak berpunya. Dia mengklaim, orang-orang yang terlibat dalam perampokan, semuanya adalah bagian dari kelompok “Unfortunate” tersebut.
Selain itu, hal lain yang juga menarik, adalah adegan-adegan yang mencerminkan Don Quixote dan Sanco Panza, karakter dalam novel karangan penulis Spanyol, Miquel Cervantes. Seperti contoh, ketika Denver mencoba meyakinkan seorang sandera yang kemudian menjadi kekasihnya, yaitu Monica Gaztambide, untuk ikut bersamanya. Monica yang awalnya adalah seorang pegawai bank sentral, yang mungkin kesehariannya belum pernah angkat senjata, di akhir cerita, memilih untuk mengikuti kekasihnya, membantu para perampok, dan bahkan ikut angkat senjata melawan para polisi penyerbu. Contoh lain adalah ketika Sergio Marquina mencoba meyakinkan kekasihnya, Inspektur Murillo, yang ingin menangkapnya, setelah paham bahwa Salva (nama samaran si Professor), adalah mastermind perampokan tersebut. Inspektur Murillo kemudian memilih untuk mendukung perjuangan sang Professor, setelah mendengarkan penjelasan darinya.
Novel Don Quixote, adalah sebuah kisah tentang seorang satria yang memiliki daya khayal tinggi, ia berkhayal untuk membunuh naga. Dalam perjuangan di alam khayal ini, ia diikuti oleh seorang teman setia, penunggang keledai yang bernama Sancho Panza. Kalau dilihat lebih dalam, karakter Don Quixote ini sebenarnya adalah analogi dari seorang pemimpin revolusioner, yang ingin mewujudkan angan-angan menjadi kenyataan.
Dalam sejarah, biasanya selalu ada seseorang yang memiliki visi untuk mengubah keadaan, yang dianggap sudah tidak memanusiakan manusia lagi. Biasanya sang pemimpin revolusi ini cenderung dianggap sebagai pemimpi, karena perubahan atau revolusi yang ingin diwujudkannya, belumlah nyata, atau masih dalam pikiran. Akan tetapi, selalu ada sebagian kelompok masyarakat yang mengikuti sang pemimpin revolusi ini, entah itu belasan, puluhan, atau ratusan. Karakter Sancho Panza adalah analogi dari para pengikut ini. Ia pada dasarnya adalah seorang yang tidak mau mengingkari hati nuraninya, setia pada pemimpin yang ia yakini akan berhasil mewujudkan apa yang menjadi angan-angannya.
Sang Professor, adalah seorang yang memiliki visi untuk melawan sistem kapitalisme dengan caranya sendiri, yaitu merampok bank. Seperti halnya Don Quixote, ia juga adalah seorang yang memiliki mimpi untuk mewujudkan dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk semua, bukan hanya segelintir “yang berpunya” saja. Sementara, para pelaku perampokan, seperti Tokyo, Denver, Nairobi, Oslo, Berlin, dan lainnya (semua pelaku memakai nama kota-kota di dunia sebagai nama samaran), adalah Sancho Panza era millennial, yang meyakini kebenaran cita-cita mulia sang Professor, dan rela mati dalam perjuangan untuk mewujudkannya.
Menarik kemudian, untuk menyaksikan serial ini sampai akhir, karena boleh dikata, berbagai rencana yang disusun oleh Professor, pada dasarnya lumayan rumit, dan terkesan seperti sebuah misi yang tidak mungkin (mission impossible). Akan tetapi, kejutan biasanya selalu muncul dan membalikkan keadaan secara tiba-tiba, hal inilah yang membuat serial ini menjadi semakin menegangkan.
Dalam konteks kekinian, yaitu kondisi krisis akibat pandemi Corona seperti sekarang ini, sebenarnya pemimpin yang memiliki visi seperti Sang Professor atau Don Quixote inilah yang kita butuhkan. Artinya bukan hanya pemimpin yang sekedar jual tampang, yang wajahnya terpampang di berbagai baliho maupun media sosial, tanpa paham apa sebenarnya isi hati rakyat. Akan tetapi adalah pemimpin yang memiliki mimpi tentang kehidupan yang lebih baik, berhati tulus, dan bersedia berjuang bersama rakyat untuk mewujudkannya.